Yogyakarta, 19 September 2024 – Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi menyambut mahasiswa baru jenjang Magister dan Doktoral Tahun Ajaran Genap 2023-2024 dan Gasal 2024-2025 dalam acara yang penuh semangat. Di antara para mahasiswa baru tersebut, turut hadir mahasiswa dari Magister Manajemen Bencana (MMB) UGM, program studi yang berfokus pada penanganan dan mitigasi risiko bencana di Indonesia. Acara yang berlangsung di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM ini dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dari berbagai program studi, termasuk MMB, yang memiliki peran strategis dalam menjawab tantangan bencana di Indonesia.
Acara dimulai dengan sambutan dari Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, Dr. Widyanto Dwi Nugroho, S.Hut., M.Agr., yang mengucapkan selamat kepada seluruh mahasiswa baru. Beliau menekankan bahwa UGM, sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia, menjunjung tinggi nilai integritas, kebudayaan, dan tanggung jawab sosial. Dalam sambutannya, Dr. Widyanto juga mengingatkan para mahasiswa untuk belajar dengan giat agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu, terutama dalam konteks program seperti Magister Manajemen Bencana, yang memiliki urgensi tinggi dalam menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan. “Memajukan UGM bukan hanya tugas civitas akademika, tetapi juga tanggung jawab mahasiswa. UGM harus terus menjadi pelopor dalam penanganan bencana, berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan peringkatnya di tingkat dunia,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Widyanto secara simbolis menyematkan almamater kepada dua mahasiswa baru, salah satunya adalah Gesang Satriatama, mahasiswa Magister Manajemen Bencana UGM angkatan Gasal 2024-2025 yang juga merupakan pilot helikopter di TNI AU. Gesang diharapkan mampu menerapkan keahliannya dalam operasi tanggap darurat bencana yang melibatkan evakuasi udara, sebuah keterampilan yang sangat relevan di bidang manajemen bencana.
Setelah pembukaan, Hilmar Farid, B.A., M.A., Ph.D., Direktur Jenderal Kebudayaan, menyampaikan materi pertama yang mengangkat tema “Masa Depan Administrasi Kebudayaan dan Kebijakan Kebudayaan.” Hilmar menyampaikan bahwa kebudayaan tidak hanya terbatas pada seni dan tradisi, tetapi juga mencakup pola pikir dan cara hidup masyarakat, termasuk dalam menghadapi bencana. Ia menegaskan bahwa hilangnya nilai-nilai budaya lokal dapat memperlemah ketahanan masyarakat terhadap bencana, baik dari sisi moral, sosial, hingga lingkungan. Oleh karena itu, mahasiswa program studi seperti Magister Manajemen Bencana perlu memperhatikan aspek kebudayaan dalam penyusunan strategi mitigasi bencana. “Mahasiswa dapat berperan aktif dalam pengembangan kebijakan yang berbasis pada kebudayaan lokal untuk memperkuat ketahanan bencana di Indonesia,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kebijakan kebencanaan yang kuat harus mencakup penelitian mendalam dan kolaborasi lintas disiplin, sesuatu yang sangat relevan bagi mahasiswa MMB UGM.
Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN.Eng., mantan Rektor UGM, juga turut memberikan materi yang memperkuat nilai-nilai keugman. Ia menjelaskan bahwa UGM memiliki peran strategis dalam kemajuan Indonesia, baik di bidang pendidikan, kebudayaan, maupun penanggulangan bencana. Nilai-nilai seperti Pancasila, keilmuan, dan kebudayaan menjadi landasan bagi setiap mahasiswa UGM dalam menyusun penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Ia juga menyebutkan Pohon Damar UGM sebagai simbol kekokohan, yang relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa MMB UGM dalam memitigasi risiko bencana alam di Indonesia. “UGM berkomitmen menjaga kelestarian alam, dan mahasiswa manajemen bencana memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa kebijakan dan praktik yang mereka susun mampu melindungi lingkungan dan manusia dari ancaman bencana,” tambahnya.
Muhamad Irfan Nurdiansyah, salah satu mahasiswa Magister Manajemen Bencana UGM, menyatakan bahwa penyambutan mahasiswa baru ini memberikan banyak wawasan penting, khususnya terkait dengan penerapan nilai-nilai keugman dalam penelitian. “Kuliah umum ini sangat bermanfaat bagi saya, karena saya bisa lebih memahami bagaimana nilai-nilai keugman bisa diaplikasikan dalam penelitian saya di bidang kebencanaan. Nilai-nilai kebudayaan dan keilmuan yang ditanamkan UGM akan sangat berguna dalam menyusun penelitian yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan budaya masyarakat,” ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa program studi Magister Manajemen Bencana memiliki peran besar dalam mengembangkan kebijakan yang mampu mengatasi dampak bencana secara efektif dan berkelanjutan.
Dengan penyambutan yang hangat dan penuh pembekalan ini, diharapkan para mahasiswa baru dapat meningkatkan produktivitas studi dan berkontribusi langsung dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana. Acara ini juga menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk saling mengenal dan membangun jaringan, khususnya dalam komunitas mahasiswa Magister Manajemen Bencana yang berkomitmen untuk menyelesaikan isu-isu bencana di Indonesia. Tercatat, program MMB UGM mengirimkan 12 mahasiswa baru dalam acara ini, dengan komposisi masing-masing enam mahasiswa dari angkatan Genap 2023-2024 dan Gasal 2024-2025.
Acara yang diakhiri dengan makan siang bersama ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang baik bagi mahasiswa baru untuk memulai perjalanan akademik mereka di UGM. Pembekalan tentang nilai-nilai keugman, kebudayaan, dan tanggung jawab akademik memberikan pijakan yang kokoh bagi mahasiswa untuk menjalankan penelitian yang berdampak nyata, baik di bidang manajemen bencana maupun disiplin ilmu lainnya. Melalui sinergi antara mahasiswa, dosen, dan institusi, UGM siap mencetak generasi pemimpin yang tidak hanya berkompeten secara akademik, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kebudayaan, lingkungan, dan kesiapsiagaan bencana, yang semakin dibutuhkan di era globalisasi dan perubahan iklim ini.
Penulis: Muhamad Irfan Nurdiansyah (Mahasiswa Magister Manajemen Bencana UGM)