
Upaya mitigasi bencana merupakan kerja holistik yang memiliki banyak dimensi dan irisan, termasuk terkait upaya konservasi cagar budaya. Inilah yang menjadi tema besar penelitian tesis Andri Pratiwi dalam seminar proposalnya pada hari Rabu, 21 Mei 2025 yang berjudul “Penilaian Risiko Multibencana Bangunan Cagar Budaya Nasional di Kota Yogyakarta.” Penelitian ini, menurut Andri, bertujuan untuk mengkaji tingkat ancaman bencana terhadap aset-aset budaya nasional yang tersebar di pusat kota bersejarah tersebut. Dalam forum ini, Andri memaparkan metodologi dan ruang lingkup penelitiannya kepada para dosen pembimbing serta sesama mahasiswa untuk memperoleh umpan balik dan penyempurnaan sebelum melanjutkan ke tahap pengumpulan data.
Kota Yogyakarta, yang selama ini dikenal sebagai pusat kebudayaan dan sejarah, menjadi lokasi yang relevan untuk penelitian ini karena tingginya konsentrasi bangunan cagar budaya yang berada dalam zona rawan bencana. Andri menyoroti delapan situs bersejarah yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya nasional, seperti Benteng Vredeburg, Gedung Agung, dan Stasiun Tugu. Lokasi-lokasi ini dinilai memiliki nilai historis tinggi namun juga menghadapi ancaman nyata dari berbagai jenis bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, angin kencang, dan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan penilaian risiko yang menyeluruh untuk menentukan prioritas perlindungan.
Dalam pendekatan teknisnya, Andri akan menggunakan integrasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan metode fuzzy Analytical Hierarchy Process (fuzzy AHP) untuk memodelkan dan memetakan risiko multibencana. Kerangka analisis akan memadukan parameter ancaman, kerentanan, dan kapasitas bangunan untuk menghasilkan nilai risiko komprehensif. Selain itu, Andri menyoroti pentingnya mempertimbangkan aspek ketidakpastian dalam penilaian risiko, terutama karena keterbatasan data teknis dan kompleksitas karakter bangunan bersejarah yang berbeda dari struktur bangunan umum.
Diskusi dalam seminar proposal berlangsung dinamis. Beberapa peserta memberikan catatan penting mengenai validitas indikator yang digunakan, justifikasi dari pemilihan kedepalan cagar budaya, serta potensi integrasi dengan dokumen perencanaan kebencanaan pemerintah daerah. Rancangan penelitian yang disampaikan Andri menjadi contoh nyata bagaimana studi manajemen bencana dapat bersinergi dengan pelestarian warisan budaya. Dengan pendekatan lintas-disiplin dan berbasis bukti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat ketangguhan kota warisan budaya seperti Yogyakarta terhadap risiko bencana yang terus meningkat.