Program Magister Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan ujian proposal tesis bagi mahasiswa angkatan 2024, Firli Yogiteten Sunaryoko, yang mempresentasikan rencana penelitiannya berjudul “Koproduksi Pengetahuan Kebencanaan Berbasis Komunitas: Upaya Pembentukan Kesadaran Risiko Bencana di Palu Pascagempa 2018.” Ujian yang berlangsung pada 28 November 2025 tersebut dipimpin oleh dua pembimbing, Prof. Dr. Ir. Dina Ruslanjari, M.Si. dan Prof. Dr. Sri Rum Giyarsih, S.Si., M.Si., yang bersama para mahasiswa yang hadir memberikan masukan mengenai arah metodologis penelitian ini.
Dalam presentasi tersebut, Firli menjelaskan bahwa Palu merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas risiko geologi tinggi dan menjadi ruang penting untuk mempelajari dinamika pemulihan serta pembelajaran sosial pascabencana 2018. Ia menyoroti peran sejumlah komunitas lokal seperti Forum Sudutpandang, Komunitas Historia Sulteng, Nemu Buku, dan Loigi Institute yang selama beberapa tahun terakhir membangun ruang dialog dan edukasi kebencanaan melalui pendekatan kreatif seperti seni, literasi, diskusi publik, dan publikasi digital. Menurutnya, ruang-ruang ini memperlihatkan bahwa pengetahuan kebencanaan tidak hanya berasal dari pakar, tetapi tumbuh dari interaksi penyintas, narasi pengalaman, serta kolaborasi antaraktor di tingkat lokal.
Firli menguraikan rancangan penelitiannya yang menggunakan pendekatan mixed methods sequential exploratory, dimulai dari penggalian data kualitatif melalui wawancara mendalam dan analisis dokumen komunitas, kemudian dilanjutkan dengan survei kuantitatif untuk mengukur keterlibatan masyarakat dalam kegiatan komunitas, akses informasi kebencanaan, dan tingkat kesadaran risiko. Ia menegaskan bahwa penelitian ini bertujuan memahami mekanisme dan medium koproduksi pengetahuan yang dibangun komunitas, melihat pola kolaborasi antara komunitas, pemerintah dan masyarakat, serta menilai kontribusi proses tersebut terhadap meningkatnya kesadaran risiko bencana di Palu.
Dalam diskusi ujian proposal, para pembimbing menilai bahwa penelitian ini memiliki nilai kebaruan yang kuat, terutama dalam upayanya menjelaskan proses sosial pembentukan pengetahuan kebencanaan pascabencana melalui ruang komunitas. Penelitian ini tidak hanya menawarkan kontribusi teoretis dalam kajian mitigasi non-struktural dan koproduksi pengetahuan, tetapi juga berpotensi memberikan rekomendasi praktis bagi pemerintah daerah, lembaga kebencanaan, NGO, dan komunitas lokal dalam memperkuat strategi pendidikan kebencanaan dan komunikasi risiko yang lebih partisipatif.
Ujian proposal berjalan lancar, dan Firli dijadwalkan melanjutkan penelitian lapangan mulai akhir 2025 hingga pertengahan 2026. Melalui pendekatan yang menempatkan narasi penyintas, jejaring komunitas, dan praktik kreatif sebagai sumber pembelajaran risiko, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang bagaimana masyarakat Palu terus membangun kapasitas adaptif mereka dalam menghadapi ancaman bencana di masa mendatang.