
Sebanyak 10 mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti simulasi perancangan sistem peringatan dini banjir dengan menggunakan metode Yomenkaigi, sebuah pendekatan partisipatif asal Jepang yang menekankan pada kolaborasi lintas sektor untuk membaca dan merancang kebijakan bersama. Simulasi ini merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan dalam mata kuliah Monitoring Sumber Bencana dan Peringatan Dini, yang bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam membangun sistem yang responsif, inklusif, dan adaptif terhadap risiko bencana. Dalam praktik ini, para mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok yang merepresentasikan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai dengan fungsi-fungsi utama dalam penanggulangan bencana, yakni kelompok manajemen sistem, publikasi dan informasi, sumber daya fisik, serta sumber daya non-fisik.
Kelompok manajemen sistem bertanggung jawab dalam menyusun kerangka koordinasi antar OPD dan protokol operasional sistem peringatan dini. Kelompok publikasi dan informasi merancang strategi komunikasi risiko kepada publik, termasuk skema penyebaran informasi peringatan melalui berbagai saluran dan segmen masyarakat. Sementara itu, kelompok sumber daya fisik memetakan kebutuhan infrastruktur teknis seperti alat pemantau tinggi muka air, sistem komunikasi berbasis IoT, serta jalur evakuasi. Kelompok sumber daya non-fisik berfokus pada aspek penguatan kapasitas sosial, edukasi masyarakat, serta pelibatan unsur budaya lokal dalam membangun kesiapsiagaan.
Diskusi antar kelompok difasilitasi dengan pendekatan Yomenkaigi, di mana setiap peserta memberikan masukan dan membaca skenario masa depan dari perspektif sektoral yang berbeda, lalu menyepakati langkah bersama melalui konsensus. Simulasi berlangsung dalam dua sesi intensif yang melibatkan analisis parsial perkelompok, dilanjutkan dengan penyusunan rencana integratif sistem peringatan dini banjir berbasis studi kasus wilayah rawan di Kabupaten Sleman. Dosen pengampu mata kuliah, Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani, Ph.D., IPU., menyatakan bahwa metode ini tidak hanya mengasah kemampuan teknis mahasiswa, tetapi juga mendorong pemahaman mendalam tentang dinamika kerja lintas sektor dan pentingnya komunikasi efektif dalam pengelolaan risiko bencana.
Para mahasiswa menyambut positif simulasi ini karena memberikan gambaran nyata tentang kompleksitas penyusunan sistem peringatan dini. Beberapa peserta mengungkapkan bahwa proses negosiasi dan penyatuan perspektif antar kelompok sangat mencerminkan tantangan kolaborasi di dunia kerja yang sesungguhnya. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk komitmen Program Studi Magister Manajemen Bencana UGM dalam mencetak praktisi kebencanaan yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga siap berkontribusi dalam pengambilan keputusan di tingkat kebijakan dan operasional.