Di tengah perbukitan Kalurahan Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, berdiri sebuah sekolah dasar swasta yang menunjukkan kepeloporan dalam membangun budaya sadar bencana sejak usia dini. MI Ma’arif Ngliseng, berlokasi di Dusun Ngliseng RT 07, merupakan sekolah yang pernah terdampak parah gempa bumi Yogyakarta pada tahun 2006. Sejak tragedi itu, sekolah ini tumbuh menjadi lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan tanggap terhadap risiko bencana. Kondisi geografis yang dekat dengan tebing dan wilayah rawan longsor menjadi dorongan utama bagi pihak sekolah untuk terus menanamkan pengetahuan kebencanaan secara berkelanjutan. Komitmen ini diwujudkan melalui kolaborasi bersama mahasiswa Magister Manajemen Bencana (MMB) Universitas Gadjah Mada, dalam kegiatan edukasi bencana yang dilakukan saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Pasca UGM
Yogyakarta, 29 Juli 2025 — Bertempat di Ruang 410, Lantai 4 Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Siti Hairullina, mahasiswa Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada, memaparkan hasil penelitiannya dalam seminar hasil tesis berjudul “Evaluasi Strategi Mitigasi Non-Struktural Dalam Mengurangi Risiko Bencana Tsunami di Desa Kuta NTB.”
Desa Kuta, yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, merupakan salah satu destinasi wisata super prioritas nasional yang juga berada di zona rawan tsunami. Posisi geografisnya dekat dengan zona subduksi Indo-Australia dan Eurasia, menjadikannya rentan terhadap potensi bencana tsunami. Dalam penelitiannya, Siti menyoroti pentingnya strategi mitigasi non-struktural untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan, seperti edukasi masyarakat, pelatihan evakuasi, pemasangan sistem peringatan dini (EWS), dan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana).