
Yogyakarta, 28 Juli 2025 — Banjir tidak hanya menghancurkan infrastruktur dan merenggut rasa aman, tetapi juga memberi dampak ekonomi yang besar, khususnya bagi sektor yang sangat bergantung pada persepsi kenyamanan dan keselamatan seperti pariwisata. Hal ini menjadi sorotan utama dalam seminar hasil tesis Vusva Pandini, mahasiswa Magister Manajemen Bencana (MMB) Universitas Gadjah Mada. Bertempat di Ruang 410, Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Vusva mempresentasikan temuannya yang bertajuk “Kerugian Ekonomi Bencana Banjir pada Kawasan Strategis Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat: Studi Kasus Banjir Tahun 2021 di Kecamatan Batulayar.”
Seminar ini memaparkan pentingnya pemahaman terhadap kerentanan ekonomi kawasan wisata yang semakin terpapar ancaman bencana hidrometeorologi. Penelitian ini berangkat dari kenyataan bahwa Kecamatan Batulayar, sebagai pusat kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara di Lombok Barat, mengalami kerugian besar akibat banjir tahun 2021 yang dipicu oleh curah hujan ekstrem dan sistem drainase yang tak mampu menampung debit air.
Dari hasil penelitiannya, Vusva membagi kerugian ekonomi ke dalam dua kategori: langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung meliputi kerusakan rumah, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, jembatan, dan talud, dengan estimasi nilai mencapai Rp715 juta. Sementara itu, kerugian tidak langsung akibat penurunan jumlah wisatawan, berkurangnya lama tinggal, dan turunnya pendapatan pelaku wisata pada bulan-bulan pascabencana mencapai lebih dari Rp1,36 miliar. Artinya, total kerugian akibat banjir di kawasan tersebut melampaui Rp2 miliar. Tidak hanya mengungkap angka, Vusva juga merumuskan strategi penanggulangan berdasarkan pendekatan struktural dan non-struktural. Strategi struktural meliputi perbaikan infrastruktur pengendali banjir seperti drainase dan jembatan, sementara strategi non-struktural menekankan pentingnya penegakan tata ruang berbasis risiko, integrasi mitigasi bencana dalam dokumen perencanaan pariwisata (seperti RIPPARDA), serta promosi pemulihan sektor pariwisata pascabencana.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa ketidaksiapan menghadapi banjir di wilayah wisata dapat berujung pada kerugian ekonomi yang signifikan, serta menurunkan daya saing kawasan sebagai destinasi unggulan. Oleh karena itu, rekomendasi dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata, dan pemangku kebijakan dalam membangun sistem ketahanan kawasan wisata yang adaptif terhadap bencana.Bottom of Form