• Tentang UGM
  • Tentang SPs
  • Perpustakaan
  • Protal Mahasiswa
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Program Studi
Magister Manajemen Bencana
Universitas Gadjah Mada
  • BERANDA
  • TENTANG KAMI
    • PENGANTAR
    • VISI DAN MISI
  • Akademik
    • Pendaftaran
    • Silabus
    • Mata Kuliah
    • Dosen Pengajar
    • Perkuliahan
  • Gallery
  • KONTAK KAMI
  • Publikasi MMB
  • Beranda
  • Berita
  • MMB UGM Tunjukkan Aksi Nyata: Pemanenan Air Hujan sebagai Strategi Ketahanan di Wilayah Rawan Kekeringan

MMB UGM Tunjukkan Aksi Nyata: Pemanenan Air Hujan sebagai Strategi Ketahanan di Wilayah Rawan Kekeringan

  • Berita
  • 5 June 2025, 04.51
  • Oleh: juwandi_sps
  • 0

Gunungkidul, 30 Mei 2025 – Isu perubahan iklim dan kekeringan berkepanjangan menjadi ancaman klimatologi yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Di tengah tantangan ini, Magister Manajemen Bencana (MMB) Universitas Gadjah Mada hadir dengan aksi konkret melalui program pengabdian masyarakat di Desa Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan mengusung solusi sederhana namun berdampak lewat pemanenan air hujan, MMB UGM menunjukkan bagaimana teori kebencanaan dapat diubah menjadi aksi nyata di lapangan.

Program bertajuk “Optimalisasi Pemanenan Air Hujan untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat dalam Mitigasi Bencana” ini digagas sebagai bentuk respons terhadap situasi kritis masyarakat karst Gunungkidul, yang kerap menghadapi kesulitan air bersih saat musim kemarau. Didukung oleh tim dosen Dr. Retnadi Heru Jatmiko, M.Sc. dan Dr. Dina Ruslanjari, M.Si., serta mahasiswa MMB UGM: Muhamad Irfan Nurdiansyah, Nabilla Auriel Fajarian, dan Silfani, program ini menyasar pemanfaatan air hujan sebagai solusi jangka Panjang di tengah kesulitan warga mengakses sumber air.

Kegiatan ini menandai integrasi antara pendekatan akademik berbasis manajemen risiko dengan praktik pemberdayaan masyarakat. “Program ini bukan hanya soal pasang alat, tetapi bagaimana membangun sistem berbasis masyarakat untuk mengelola risiko kekeringan dengan pendekatan yang holistik,” ujar Dr. Retnadi, ketua tim pengabdian.

Kolaborasi dalam kegiatan ini diperkuat dengan kehadiran Sri Wahyuningsih, pendiri Komunitas Banyu Bening, yang selama ini dikenal lewat praktik elektrolisis air hujan. Kombinasi keilmuan kebencanaan dan teknologi tepat guna menghasilkan sebuah model intervensi yang harapannya dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Dalam praktiknya, kegiatan dimulai dengan sosialisasi dan pelatihan kepada warga Dusun Pakel RT 1 RW 2, bertempat di lokasi pemasangan alat di rumah Bapak Harmoko. Selain edukasi, dilakukan juga pengambilan sampel air menggunakan TDS meter. Hasilnya menunjukkan bahwa air hujan yang dimurnikan memiliki TDS hanya 15 ppm–jauh di bawah ambang batas aman 500 ppm sebagaimana diatur oleh Kementerian Kesehatan.

Muhamad Irfan Nurdiansyah, mahasiswa MMB UGM yang turut terlibat, menegaskan bahwa kegiatan ini memperkuat pemahaman mahasiswa tentang realitas kebencanaan di Indonesia. “Sebagai mahasiswa manajemen bencana, penting bagi kami untuk tidak hanya memahami teori, tapi juga mengalami langsung bagaimana masyarakat menghadapi persoalan air, ketahanan pangan, dan adaptasi iklim. Ini bukan hanya pengabdian, tapi juga pembelajaran lapangan yang berharga,” tuturnya.

Program ini membuktikan bahwa manajemen bencana tidak selalu tentang tanggap darurat pascabencana. Justru, pencegahan dan pengurangan risiko berbasis masyarakat menjadi fondasi penting yang harus dikembangkan, terutama di wilayah dengan risiko bencana kronis seperti kekeringan. Di sinilah relevansi MMB UGM terlihat: membentuk SDM yang tidak hanya mampu menganalisis risiko, tetapi juga merancang dan mengimplementasikan solusi berbasis komunitas.

Lebih lanjut, kegiatan ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi), SDG 13 (Aksi Iklim), dan SDG 2 (Tanpa Kelaparan). Dengan menjadikan air hujan sebagai sumber alternatif yang aman dan layak konsumsi, masyarakat tidak hanya bertahan dari kekeringan, tetapi juga mampu memperkuat ketahanan pangan keluarga mereka.

Melalui kegiatan ini, MMB UGM menunjukkan peran vital pendidikan tinggi dalam membangun resiliensi lokal. Kegiatan yang diawali pada akhir Mei ini akan berlanjut hingga Desember 2025 dengan rangkaian pelatihan, evaluasi, dan dokumentasi ilmiah. Kolaborasi antara akademisi, komunitas, dan teknologi ini diharapkan dapat direplikasi di wilayah rawan kekeringan lainnya di Indonesia, sekaligus menjadi rujukan dalam pengembangan kebijakan lokal terkait ketahanan air serta bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan praktisi manajemen bencana di masa depan.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Praktik Yomenkaigi dalam Simulasi Perancangan Sistem Peringatan Dini Banjir
  • MMB UGM Tunjukkan Aksi Nyata: Pemanenan Air Hujan sebagai Strategi Ketahanan di Wilayah Rawan Kekeringan
  • Dari Kampus ke Lereng Merapi: MMB UGM dan CFHC IPE Perkuat Budaya Tanggap Bencana
  • Evaluasi Kerangka Pentahelix dalam Pelaksanaan Program SPAB di Yogyakarta
  • Mahasiswa MMB UGM Kembangkan Model Penilaian Risiko untuk Situs Warisan Budaya
Universitas Gadjah Mada

Program Studi Magister Manajemen Bencana

Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin

Universitas Gadjah Mada,

Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta, 55281

Telp:+62 811-284-680|Email: mmb@ugm.ac.id

© 2017 Magister Manajemen Bencana - Universitas Gajah Mada

AbstrakDosen PengajarMata KuliahKONTAK KAMI

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju