Sleman, 16 Agustus 2024 – Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat rentan terhadap bencana alam, termasuk erupsi gunung berapi. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2023, lebih dari 20% wilayah di Indonesia terletak di kawasan rawan bencana. Sleman, salah satu kabupaten di Yogyakarta, berada di lereng Gunung Merapi, salah satu gunung api paling aktif di dunia. Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan masyarakat, terutama di lingkungan sekolah, Program Penguatan Pilar Ketiga Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) kembali diadakan di SD Negeri Umbulharjo.
Kegiatan yang melibatkan 12 guru dan 93 siswa ini merupakan hasil kolaborasi antara Basarnas DIY, Pusat Studi Bencana UGM, serta Program Magister Manajemen Bencana (MMB) Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM). SDN Umbulharjo, yang terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi, sangat memerlukan kesiapsiagaan ini, mengingat pada erupsi tahun 2010, sekolah ini terdampak cukup signifikan meski berada 14 km dari puncak gunung. Lokasinya yang dekat dengan aliran lahar juga membuatnya rentan terhadap dampak erupsi.
Dalam pertemuan kedua pada Jumat, 16 Agustus 2024, latihan evakuasi mandiri dan pengenalan alat-alat penyelamatan menjadi fokus utama. Dipimpin oleh Haris Prasetyo, seorang rescuer terampil dari Basarnas DIY, kegiatan ini memberikan pengetahuan dasar mengenai penggunaan alat-alat penyelamatan dan prosedur evakuasi di sekolah. Selain itu, narasumber dari Basarnas, yang berjumlah empat orang, turut memberikan demonstrasi penggunaan peralatan penyelamatan di lapangan.
Dr. Retnadi Heru Jatmiko, M.Sc., dosen Program Magister Manajemen Bencana UGM, juga hadir dalam acara tersebut. Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kerjasama antara MMB UGM dan Basarnas melalui program Basarnas Goes to School, yang bertujuan untuk mengedukasi siswa mengenai prosedur evakuasi darurat di sekolah. “Kolaborasi ini sudah berlangsung beberapa kali, dan SDN Umbulharjo menjadi prioritas karena lokasinya yang rawan bencana. Pada erupsi 2010, sekolah ini terdampak meski jaraknya 14 km dari puncak Merapi. Kami ingin mempersiapkan warga sekolah dengan keterampilan evakuasi yang tepat dan cepat,” ujar Dr. Retnadi.
Pada pertemuan kali ini, mahasiswa MMB UGM seperti Muhamad Irfan Nurdiansyah, Nabilla Auriel Fajarian, dan Akbar Afandi turut berperan aktif dengan memasang peta jalur evakuasi di setiap kelas, ruang guru, dan mushola. Mereka juga membantu menyusun struktur organisasi tanggap darurat sekolah untuk memperjelas peran setiap anggota sekolah dalam situasi darurat.
Selain materi evakuasi, peserta juga dilatih mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) oleh tim Basarnas. Latihan ini mencakup tata cara penanganan korban cedera dan penggunaan peralatan medis sederhana. Haris Prasetyo menjelaskan, “Alat-alat keselamatan yang kami perkenalkan di sini merupakan bagian dari standar penyelamatan yang kami gunakan saat evakuasi darurat. Penting bagi para guru dan siswa untuk memahami fungsi dan cara penggunaannya agar mereka lebih siap ketika bencana terjadi.”
Kegiatan penguatan SPAB ini akan dilanjutkan pada Jumat, 23 Agustus 2024, dengan fokus utama pada simulasi evakuasi erupsi Gunung Merapi. Simulasi ini akan melibatkan evakuasi seluruh siswa dan guru dari SDN Umbulharjo menuju barak tempat evakuasi akhir di Dusun Brayut, Sleman. Dr. Retnadi menambahkan, “Simulasi ini akan menjadi puncak dari rangkaian kegiatan kami. Dengan simulasi ini, kami berharap semua warga sekolah dapat merespons bencana dengan lebih efektif dan cepat.”
Melalui latihan seperti ini, diharapkan kesiapsiagaan di sekolah-sekolah yang terletak di kawasan rawan bencana, seperti SDN Umbulharjo, dapat terus ditingkatkan. Menurut data BNPB, lebih dari 70% bencana di Indonesia terjadi di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, edukasi dan latihan bencana bagi guru dan siswa menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan keselamatan di sekolah. Dengan partisipasi aktif dari Basarnas dan MMB UGM, program SPAB ini diharapkan dapat menjadi contoh kesiapsiagaan di tingkat pendidikan dasar yang efektif.